UNIRA Malang mengirimkan UKM Pers dan beberapa mahasiswa untuk mengikuti seminar dan pelatihan fotografi dalam acara “Kawi Pardise” yang bertempat di desa Wonosari, Pesarean Gunung Kawi.
Kawi Paradise merupakan tema yang diambil untuk seluruh rangkaian kegiatan seminar, pelatihan, ritual dan pameran. Tema ini secara umum mengusung konsep ‘Paradise‘ atau surga, tercermin dari tempat kegiatan yang diselenggarakan di wilayah pesarean (kata dasar “sareâ€: tidur atau istirahat) dimana tempat peristirahatan terakhir para leluhur. Kegiatan yang melibatkan masyarakat ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali tentang konsep surga dan kematian yang dimaknai sebagai sebuah cara untuk menyatu kembali bersama Tuhan.
Konsep Paradise atau surga yang menggambarkan tentang kedamaian itu dapat terlihat dalam wilayah pesarean. Kehidupan antar agama dan kepercayaan, serta mempertahankan secara menyeluruh sistem kebudayaan yang ada. Keberadaan masjid dan klenteng yang berdampingan menjadi simbol perdamaian itu sendiri, yang harmonis meski berbeda agama. maupun kepercayaan. Ini menjadi sistem pendukung bagi lestarinya kebudayaan masyarakat yang beragam, budaya saling menghargai dan penghargaan terhadap kebhinekaan.
Potret Keberagaman Pesarean Gunung Kawi sebagai Paradise ini perlu lebih digaungkan sebagai upaya untuk mengimbangi kecenderungan maraknya intoleransi dan ekstremisme berbasis kekerasan seperti peristiwa ledakan bom Masjid Istiglal 1998, teror bom Vihara Ekayana 2013, tragedi Bom Gereja Surabaya (2018), tragedi Bom Gereja Katedral Makassar (2021). Krisis kemanusiaan atas kebebasan tiap orang untuk berhak memilih dalam caranya bertuhan, Kemudian ditundukan dengan kekerasan dan dalam tekanan oleh kelompok tertentu. Kejadian diatas pula yang menjadikan antar masyarakat saling curiga, dalam rasa takut dan tidak aman, serta memunculkan ketidakpercayaan satu dengan yang lain.
Melihat budaya di Pesarean Gunung Kawi melalui tradisi doa bersama dan tahlil seperti Senin Pahingan dan Jumat Legian atau pada peringatan Suroan, menjadi gambaran yang sangat menjunjung tinggi spiritualitas dan penghargaan terhadap tradisi, dan sangat jauh dari hiruk pikuk keagamaan yang keras dan memekakkan. Budaya ini diikuti oleh masyarakat dari berbagai latar belakang etnis dengan mengenakan kebaya dan beskap, menjadi cerminan betapa berbagai latar belakang budaya (Islam, Jawa dan Tridharma) bisa menyatu bersama dalam upaya mendekatkan diri kepada Tuhan.
Fotografi memiliki kemampuan menyuarakan isu dalam bentuk visual . Karya fotografi yang kita nikmati ini merupakan hasil dari seminar dan pelatihan fotografi Warisan Budaya Tak Benda Ritus Pangan dan Papan di Pesarean Gunung Kawi, yang telah melalui inkubasi materi fotografi dan materi toleransi serta bina damai. Pangan menjadi cara bagaimana antar manusia dapat menikmati pangan di Pesarean Gunung Kawi khususnya Ayam Besek dan Tumpeng dengan bersama -sama dan tanpa memperbedakan latar belakang. Sedangkan Papan di Pesarean Gunung Kawi yang diwakili melalui Masjid dan Klenteng diharapkan menjadi potret kehidupan yang harmonis dan saling jaga antar agama. Pameran fotografi diharapkan dapat menyuarakan potret keberagaman melalui bentuk kreatif, khususnya pada saat ini, dimana tradisi luhur tengah mengalami penggemburan dan penyeragaman dari berbagai sisi. Upaya memperjuangkan nilai keberagaman perlu untuk terus dilanjutkan, sebagai jalan menuju masyarakat yang hidup dalam kebhinekaan, terhindar dari rasa takut, damai dan saling mengasihi.





