
Pada tanggal 17 Juli 2021, LPPM UNIRA Malang melakukan aktivitas keliling desa bersama daya warga Balesari dan menemukan beberapa potensi desa, diantaranya yaitu:
- Potensi Kebudayaan.
- Potensi Agro(Kebudayaan)
Pada potensi kebudayaan telah ditemukan beberapa hal menarik, seperti kesenian tari topeng (Bapang dan Panji), situas Candi Pasar, Keraton Gunung Kawi, sumber mata air(patirtaan) Panguripan, sumber jodo, sumber wedhos, dan sumber tulong.
A. Sanggar Tari Turonggo Laras Budaya


Potensi kebudayaan ditandai dengan saat awal memasuki Desa Balesari yakni keberadaan Sanggar Tari di Dusun Gendogo. Sanggar tari yang berdiri sejak tahun 2003 ini memiliki nama “Turonggo Laras Budaya”. Desa Balesari memang terkenal memiliki konsistensi dalam regenerasi kesenian tari. . Posisi atau letak sanggar yang berada dihalaman SDN Balesari ini semakin memudahkan bagi para pegiat seni untuk melestarikan sekaligus pada saat yang sama mengajarkan ke anak-anak sekolah yang ada di desa tersebut. Selain latihan rutin, paguyuban ini juga sering menerima permintaan pentas dari masyarakat tak terkecuali pada even-even yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten Malang. Namun dimasa pandemi ini, untuk sementara kegiatan rutin dihentikan dan hanya diganti dengan silaturrahim rutin satu bulan sekali demi menjaga kekompakan para pegiat kesenian tari. Selain jaran kepang, tari yang cukup digemari adalah tari topeng Bapang dan tari Topeng Panji.
B. Kraton Gunung Kawi


Kraton Gunung Kawi telah dikenal sejak abad ke-7, yaitu pada zaman Mpu Sendok. Mpu Sendok adalah orang yang menurunkan raja-raja besar termasuk Airlangga. Leluhur Agung atau Roh suci yang dipercaya ada di Kraton Gunung Kawi adalah Eyang Tunggul Manik dan Eyang Tunggul Wati. Kraton Gunung Kawi juga menyimpan sejarah tentang Prabu Kameswara. Tempat ini dipercaya sebagai petilasan dan tempat moksanya Prabu Kameswara. Beliau adalah salah satu raja Kediri keturunan Airlangga. Dari beliaulah kemudian munculah cerita dan tradisi Panji yang menjadi ciri khas Jawa Timur.
Kraton Gunung Kawi merupakan tempat tetirah sekaligus tempat berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan konsep dasar spiritual. Seiring dengan perkembangan zaman di Kraton Gunung Kawi saat ini terwujud bangunan tempat-tempat ibadah berbagai keyakinan yang ada di Indonesia saat ini yaitu :
- Pura, yang dibangun pada tahun 2001 dan mengalami renovasi pada 2012
- Vihara, dibangun pada 1978 dan direnovasi pada tahun 2010
- Gereja, terletak diluar kraton yaitu sebelum tempat parkir. Dibangun pada tahun 2017
- Masjid, terletak disebelah kiri tempat parkir kraton. Dibangun pada tahun 2018
C. Desa Balesari
Desa yang indah dan permai dikeliling beberapa sumber mata air besar yang terus memancar jernih dan bersih hingga kini. Sumber-sumber air yang terus dipercaya membawa berkah karena disitulah warga percaya para raja bertetirah. Balesari Kawi, disinilah semua bermula, kawitan, ngawiti adalah Kawi. Bukan mitos yang terus digemborkan sebagai gunung tempat mencari pesugihan yang tentu saja tidak layak disematkan pada desa yg melahirkan epos dunia ini. Balesari adalah Kawi muasal cerita topeng Panji dan pasukan bertopeng pembentuk Singhasari. Balesari adalah The Beginning of Indonesia.
Balesari memang sarat dengan nilai kebudayaan, demikian karena desa ini berada persis di lereng gunung Kawi. Melalui kolaborasi lintas stakeholder yaitu Alit Indonesia, LPPM Unira Malang, Pemerintah Desa serta warga desa disepakati mengenai penggunaan konsep 8 unsur kebudayaan di Balesari sebagai berikut:

8 (delapan) Unsur kebudayaan ini di implementasikan dalam berbagai giat dan gerak warga, termasuk di dalamnya anak-anak desa. Wicaksana misalnya, saat ini sedang didorong lahirnya suatu kebijakan desa berupa peraturan desa tentang penetapan aset desa karena di sinyalir beberapa aset desa yang berhimpitan erat dengan kebudayaan sedang berada pada kondisi rentan sengketa. Waras di implementasikan melalui beragam kegiatan seperti memproduksi olahan jahe untuk dijadikan jelly jahe, bubuk jahe, caramel yang tentu baik untuk kesehatan. Adapun Waskita atau spiritualitas berupa eksplorasi dan komitmen menjaga kelestarian nilai-nilai kebudayaan lokal peninggalan leluhur nusantara, khususnya kawasan lereng gunung Kawi. Desa Balesari memiliki banyak sekali kekayaan spiritualitas yang sangat menarik seperti keberadaan unsur ritual pada berbagai sumber air, petilasan dan candi. Unsur wareg diwujudkan melalui pembuatan olahan telo berupa bakpao telo, tepung telo, beer jahe, bubuk jahe, caramel, dan jelly jahe. Wasis diwujudkan berupa menggelar kelas merdeka belajar bagi anak-anak yang terdampak pandemi. Kelas merdeka belajar ini telah diikuti sekitar 60 anak di seluruh desa Balesari. Kelas merdeka belajar ini telah mendapat support dari perusahaan kenamaan Go-Jek berupa pemberian komputer untuk memudahkan proses penyelenggaraan kelas di masing-masing dusun. Adapun relawan pengajar kelas merdeka belajar adalah mahasiswa dari Universitas Islam Raden Rahmat Malang. Sedangkan Waruga diwujudkan melalui kegiatan olahraga yang ada di dalam kelas merdeka belajar tersebut. Adapun Wastra dan Wasis hingga saat ini masih pada tahap rencana pengembangan.
Di Desa Balesari mempunyai peninggalan sejarah yaitu:
a. Candi Pasar

Candi Pasar ini berada di dusun Gendogo desa Balesari. Penamaan candi pasar menurut warga karena di lokasi tersebut pernah ada pasar, namun lebih dari itu belum ada informasi yang lebih dalam lagi sehingga diperlukan menjalin kerjasama dengan arkeolog dan sejarawan untuk menggali lebih jauh perihal sejarah candi tersebut. Meskipun kondisi kurang terawat namun hingga saat ini masih ada para peziarah yang membakar dupa dilokasi candi. Saat ini, kondisi Candi tinggal beberapa puing bebatuan andesit yang tidak lagi berbentuk candi. Menurut warga, sekitar tahun 2000an batu-batu tersebut di ambil warga untuk pembuatan jalan.
Desa Balesari mempunyai beberapa sumber mata air, diantaranya yaitu:
a. Sumber mata air Panguripan


Sumber Panguripan (kehidupan) memiliki nama lain yakni Tirto Kahuripan atau sumber Urip. Disebut demikian karena limpahan rahmat sang Pencipta melalui air yang tiada henti mengalir ke sungai dan memberikan manfaat (kehidupan) untuk beragam jenis kegiatan manusia dari hulu mata air hingga ke hilirnya. Sumber Panguripan dipercaya oleh banyak orang (bukan hanya warga setempat) dapat memberikan berbagai kemanfaatan seperti kesehatan, awet muda dan merupakan areal yang nyaman untuk melakukan semedi ataupun berkhusyuk mendekatkan diri dengan sang penguasa alam semesta. Sumber Panguripan juga menyajikan tempat yang nyaman untuk bercengkrama dengan teman ataupun juru kunci yang tinggal disana. Bahkan saat ini, di areal sumber Panguripan telah ada seperangkat alat musik gamelan milik yayasan Alit Indonesia yang sengaja di taruh di kawasan sumber untuk menunjang aktivitas kebudayaan disana.
b. Sumber Mata Air Sumberjodo

Balesari juga memiliki sumber air yang dikenal dengan nama Sumberjodo. Sumberjodo tersusun dari dua kata yaitu sumber (tempat keluarnya air) dan jodo/jodoh (pasangan). Sumberjodo mengaliri 4 dusun di Balesari. Keampuhan Sumberjodo untuk kesembuhan dan tempat yang representatif untuk mendekatkan pada Sang Pencipta ternyata didengar oleh banyak orang. Alkisah, setelah ada keluarga dari etnis China yang mendapatkan berkah dari tempat itu dan segala kesulitannya dapat terselesaikan sehingga sebagai ucapan terima kasih ia membangun altar dengan arsitektur Cina. Meskipun demikian, bangunan ini masih digunakan oleh orang-orang berbagai kepercayaan.
c. Sumber Mata Air Wedhos

sumber Tulong dan Sumber Wedhos, selain juga memiliki unsur sakral, kedua sumber mata air ini dimanfaatkan oleh warga setempat untuk mengairi persawahan yang ada di desa Balesari bahkan aliran air sampai ke beberapa desa sebelahnya. Sumber Tulong banyak mengairi persawahan warga sedangkan sumber wedhos selain mengairi sawah juga mengairi ladang slada air yang ada di areal dekat titik mata air. Dinamakan sumber Tulong karena warga mempercayai air yang ada di sumber tersebut dapat memberikan pertolongan (penyembuhan) atas berbagai macam penyakit. Kualitas airnya memang sangat baik. Sedangkan sumber Wedhos, dinamai demikian karena setiap tahun sekali terdapat ritual penyembelihan kambing (wedhos) di areal sumber tersebut. Warga mempercayai, dengan ritual penyembelihan kambing merupakan tanda syukur atas limpahan rahmat dari Tuhan sang maha pencipta dan maha mengasihi. Warga yakin dengan bersyukur maka kenikmatan akan semakin bertambah.
D. Hasil Bumi Desa Balesari
- Ketela Gunung Kawi
Sumber air memberikan nilai tambah dengan melimpahnya hasil bumi. Selain itu, kawasan lereng pegunungan terkenal memiliki tanah subur dan relatif cocok untuk banyak jenis tanaman, tak terkecuali Balesari yang berada di lereng gunung Kawi juga memiliki tanah yang sangat subur. Hal unik pernah diceritakan warga dusun Segelan tempat dimana ketela banyak ditanami, bahwa pernah suatu ketika warga desa sebelah mencoba menanam bibit ketela dari Balesari untuk ditanam di lahan desanya. Hasilnya, ketela tidak semanis seperti yang ditanam di Balesari. Ketela gunung Kawi yang ditanam di Balesari ini memang memiliki keunggulan di rasa yang begitu manis dan tidak cepat membusuk atau kalau sudah dimasak tidak cepat basi. Keunggulan rasa ini telah cukup terkenal dikalangan wisatawan yang berkunjung ke sekitar Malang raya
- Mawar Damaskus
Mawar jenis ini banyak sekali ditanam di desa Balesari khususnya di dusun Segelan, Gendogo dan Nanasan. Kualitas mawarnya terbilang luar biasa apalagi bila dibandingkan dengan bunga mawar lokal lainnya yang ditanam di sekitaran Malang raya. Pernah suatu ketika, tim dari Yayasan Alit Indonesia mencoba membandingkan sisi keawetan mawar Balesari dengan mawar dari daerah lain (Jember dan Pasuruan), dan hasilnya mawar dari Balesari ini keluar sebagai juaranya. Wanginya pun paling terasa kuat dibanding dengan mawar dari daerah lainnya. Bisa jadi ini disebabkan karena kualitas lahan dan tanah masih terjaga dengan baik, apalagi lereng gunung memang terkenal sebagai kawasan yang relatif lebih subur dari kawasan lainnya.
- Jahe Gajah
Sumber air memberikan nilai tambah dengan melimpahnya hasil bumi. Potensi utama hasil bumi Balesari adalah jahe gajah, mawar Damascus dan Ubi/Telo Kawi. Masyarakat desa Balesari memahami potensi ini dengan mengembangkan potensi desa ini menjadi komoditas yang kekinian tanpa meninggalkan nilai histori dan budayanya, seperti beer jahe, jelly jahe, bubuk jahe, caramel